Museum Omahku Memoriku saksi keganasan letusan merapi
Museum Omahku Memoriku saksi keganasan letusan merapi
AGEN SABUNG AYAM TERBESAR - Gunung Merapi pernah meletus dahsyat beberapa tahun silam. Saksi bencana ini masih bisa ditemui traveler di Museum Omahku Memoriku, Yogyakarta akhir pekan ini.
Terdapat beberapa destinasi yang kami kunjungi saat Lava Tour Merapi diantaranya adalah Bunker Merapi, Batu Alien dan Museum Omahku Memoriku. Destinasi yang disebutkan paling terakhir adalah yang paling memberikan kesan mendalam bagi kami.
Museum yang terletak di bekas Dusun Petung (disebut bekas dusun, karena paska erupsi, warga dilarang untuk kembali menempati dusun ini), Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ini menjadi saksi bisu dikala Gunung Merapi sedang meluapkan amarahnya.
Museum yang dulunya adalah bekas rumah Mbah Lurah Petung ini dapat disaksikan aneka bekas peralatan rumah tangga yang kini ditata dengan rapi. Mulai dari sendok, termos, sepeda motor yang tinggal rangka serta sisa tulang belulang hewan ternak dapat disaksikan disini.
Kunjungan ke museum ini semakin menarik karena kami dipandu oleh Pak Sus yang menceritakan bagaimana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 yang memakan banyak korban jiwa manusia, hewan-hewan ternak dan mengubur ratusan rumah. Selama memandu kami, beliau bisa menceritakan secara detail tiap kejadian yang terekam dalam bingkai foto-foto yang terpajang di dinding rumah tak beratap ini.
Bagi sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke museum ini, ada satu barang yang menjadi favorit, yaitu jam dinding bekas yang hangus terbakar. Jarum jam menunjukkan saat kejadian awan panas menghanguskan rumah tesebut.
Tapi bagi saya pribadi ada yang lebih menjadi favorit daripada jam dinding bekas itu, yaitu mushaf Al Quran yang tersimpan di dalam lemari kaca. Di lemari ini saya menyaksikan beberapa mushaf Al Quran yang masih utuh keberadaannya, walaupun pada bagian cover ada yang rusak namun tidak dengan isi di dalamnya.
Hal ini tentunya membuat saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Padahal menurut referensi yang saya baca, awan panas yang dimuntahkan Gunung Merapi sewaktu meletus memiliki suhu mencapai 600 derajat celcius atau enam kali panas air mendidih. Bagaimana mungkin dengan suhu sepanas itu mushaf-mushaf berisikan Kalam Allah ini tidak terbakar?
Melihat bukti nyata di Museum Omahku Memoriku ini semakin memberikan kesan mendalam bagi saya bahwa di balik sebuah bencana, Tuhan selalu memperlihatkan kebesaran dan kuasa-Nya, Ia tetap menjaga kalam-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar