Rabu, 12 Oktober 2016

Hokkaido Jepang Wisata Pecinta Alam

Wisata ke Pulau Hokkaido di Jepang


AGEN SABUNG AYAM TERPERCAYA - Cukup panjang perjalanan menuju Hokkaido. Setelah mendarat di Osaka, dilanjutkan terbang ke Bandara Shin-Chitose. Lalu, take off lagi ke Bandara Memanbetsu. Perlu fisik kuat pada undangan Hokkaido Tourism Organization dan Asatsu DK Inc. ini, khususnya pada 3 flight dengan transit nyaris tanpa jeda dari Jakarta.
Bicara wisata di pulau Hokkaido, ada baiknya mindset kecanggihan dunia otomotif rada dikesampingkan. Pasalnya, pulau itu lebih terkenal dengan hutan yang lebat, alam rupawan dan cuaca yang sangat dingin. Lupakan Nissan dengan energi hidrogen, abaikan Toyota dengan mobil tenaga surya, atau enggak usah dipikirkan Honda mobil di soal mesin hibrid-nya.
Adalah Hokkaido seluas 83 km persegi yang masih banyak dihuni rubah, beruang, elang atau singa laut yang masih berenang ke pinggiran Laut Okhotsk, dekat Taman Nasional Shiretoko. Ini adalah pulau terbesar kedua di Jepang bagian utara yang berbatasan dengan Rusia. Makanya wajar jika cuaca di sana beriklim sejuk pada musim panas dan sangat dingin pada musim dingin.
Unggulan pariwisata cruising dengan kapal pemecah es, gagal. Laut di daerah Utoro tidak beku, karena kunjungan ini dilakukan sebelum musim dingin. Untung saja, malamnya, kami diajak menikmati pertunjukkan sinar laser lengkap dengan sound system yang menggelegar. Sinkronisasi musik dan seni sinar lasernya, cukup memukau. Jika irama musik instrumental bernada sedih, “tarian” sinar laser pun pelan dan mendayu. Sebaliknya jika iramanya happy, gerakan sinar laser pun sangat dinamis.

Pertunjukan Aurora Fantasy ini digelar seminggu 3 kali saja dengan 2 kali main pada hari bersangkutan dengan tiket masuk sekitar Rp 50 ribu per orang. Penonton disiapkan area untuk berdiri. Disarankan, pakai baju hangat lengkap sarung tangan, lantaran berlangsung 20 menit dan di area terbuka pada malam hari pula.
Keanekaragaman hayati dan keindahan alam sebagai menu utama wisatanya. Ada spot untuk, melihat puluhan angsa liar dari dekat, mengamati elang dan juga anjing laut di pantai. Jika beruntung, bisa melihat rubah (fox) di perbukitan di sana. Dengan menggandeng perusahaan pecinta alam di sana, wisatawan tinggal datang ke markasnya. Di situ akan dipandu guide, dan telah disiapkan uniform khusus hawa salju. Semuanya terasa terintegrasi dan dipersiapkan matang.
Pemandu wisata ini sangat menguasai aktivitas out bound dan tentang Taman Nasional Shiretoko. Kami diajari cara memakai sepatu khusus salju dan diajak berjalan-jalan di salju dengan ketebalan sekitar 40 cm. Jalan kaki (tracking) yang dilakukan sebenarnya tidak jauh. Namun karena saljunya lembut dan dalam, perlu tenaga besar untuk melangkah. Yang tidak biasa, pasti ngos-ngosan. Untung saja, pemandunya paham dan sering berhenti sambil menerangkan detail tanaman/pohon yang ada di situ.
Kue Legendaris
Seperti halnya pada perjalanan melewati area Tokachi. Kami diajak menyambangi toko sekaligus pabrik pembuat roti legendaris, Ryugetsu. Perusahaan yang berdiri sejak 1947 itu memperoduksi sekitar 200 jenis kue, camilan dan roti. Di situ, ada beberapa meja dan bangku disiapkan untuk wisatawan. Ada kopi dan kue gratis untuk semua pengunjung. Bukan soal harga kopi dan kuenya, tapi hospitality yang membuatnya menyenangkan. Beberapa obyek yang unik lain adalah Ice Cafe. Ini adalah bangunan besar yang seluruhnya terbuat dari balok es. Di dalamnya ada cafe, mini teater, dan beberapa ruang tempat nongkrong. Banyak tersedia minuman penghangat badan, dan bar tender ramah dan cekatan melayani. Saya memilih menyeruput susu coklat panas, dan rasanya lumayan meredam hawa di luar yang nol derajat celcius.
Di Danau Akan yang membeku, wisata memancing ikan wasabi menjadi pengalaman unik. Pengunjung menyewa joran (pancing) dan memilih mancing di tenda besar beramai-ramai, atau tenda kecil untuk privat. Satu senar pancing, dilengkapi 6 mata kail. Persewaan kail akan mengajari cara memasang umpan dan memasukkan kail ke dalam lubang es dengan kedalaman danau sekitar 15 meter. Ikan wasabi berukuran kecil hasil tangkatan, lantas dibawa ke restoran kecil di situ dan minta digorengkan. Biasanya, akan order ikan wasabi goring tambahan, karena hasil tangkapan biasanya enggak banyak.
Yang kurang suka memancing, silakan menyewa snow mobile. Sepeda motor salju dengan penggerak roda mirip tank ini ada 2 jenis kapasitas mesin yang disewakan, 250 cc dan 400 cc. Mesin lebih besar, tentu lebih dapat memacu adrenalin. Untuk anak-anak, tersedia ATV kapasitas 50 cc matic.
Kuliner Mak Nyus
Selama 6 hari di Hokkaido, kami banyak mencicipi masakan istimewa. Meski pun bukan menu khas Jepang, hindangannya berasal dari chef atau restoran terkemuka. Paling diandalkan, masakan daging rusa muda di rumah makan Genghis Khan. Resto di Kota Sapporo ini sangat populer dan harus reserve tempat dulu jauh hari sebelumnya. Masing-masing dilengkapi panggangan persis seperti resto-resto Jepang di Indonesia. Tapi, daging empuk yang dicelup ramuan khas Genghis Khan sebelum dipanggang ini, rasanya nikmat. Makan malam model buffet di hotel Obihiro pun menghadirkan suasana yang berbeda. Tentu bukan karena resto prasmanan berukuran jumbo dengan segala-makanan-ada. Bukan juga karena ratusan turis asing menginap di situ. Tapi karena daging sapi asap yang lembut di lidah dan ice cream aneka rasanya benar-benar menggugah selera.
White Out
Perjalanan darat menuju Kota Sapporo tempat kami menginap, dilanda cuaca sangat buruk. Jalan tol diblokir polisi karena badai salju padahal itu rute paling cepat dan singkat. Apa boleh dikata, kami terpaksa mengambil jalur biasa dengan rute perbukitan. Ya ampun, semua aspal putih tertutup salju. Rambu jalan setinggi 1,5 meter, hanya kelihatan rambunya, tiangnya terpendam salju. Pengemudi hanya mengandalkan signage untuk mengetahui batas jalan. Gawat. Jalur perbukitan yang naik turun dengan tikungan tajam ke kiri dan ke kanan, menjadi tantangan tersendiri.
Beberapa kali, mikrobus ini oleng diterpa angin kencang dari arah samping. Makin mendebarkan, saat butiran salju yang kena angin, menerpa dari arah depan mobil. Hal ini menyebabkan pandangan depan menjadi putih total dan enggak kelihatan apa-apa. Orang sana bilangnya white out. Untunglah, perjalanan mendebarkan ini berakhir ketika kami lepas dari pegunungan dan masuk gerbang tol dari kota kecil Shimizu. Mobil pun bisa dipacu lebih cepat, menuju Sapporo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar